Kasus beredarnya vaksin palsu memang terbilang sangat
meresahkan masyarakat. Sebab tak hanya di satu atau dua rumah sakit saja vaksin
palsu tersebut dipergunakan, namun di puluhan rumah sakit (kemungkinan data
bisa bertambah). Meskipun pelaku pembuat vaksin palsu tersebut telah diamankan
oleh polisi, bukan berarti peredaran dari vaksin palsu tersebut benar-benar
telah berhenti.
Oleh sebab itu, bagi masyarakat -khususnya para orangtua yang
memiliki bayi- wajib untuk waspada terhadap peredaran vaksin palsu ini. Ada
satu cara untuk mewaspadai vaksin palsu yaitu dengan mengetahui perbedaan
antara vaksin asli dan palsu. Berikut ini diulas tiga langkah untuk membedakan
vaksin yang asli dan palsu.
1. Kemasan vaksin palsu lebih kasar dan
warnanya berbeda
Kemasan vaksin yang palsu terlihat dan terasa lebih kasar di
bandingkan dengan vaksin asli. Tutup dari kemasan vaksin palsu umumnya akan
berbeda dari vaksin yang asli. Sebaiknya, sebelum vaksin diberikan pada anak,
orangtua terlebih dahulu mengecek kemasan vaksin tersebut untuk memastikan tak
ada yang janggal dengan kemasannya.
2. Vaksin palsu menggunakan indentitas
palsu
Vaksin, sama halnya dengan produk obat, memiliki identitas
khusus, seperti nomor batch (lot) yang berisi kode produksi, tanggal pembuatan
dan kadaluarsa. Coba perhatikan identitas tersebut pada kemasan primer (yang
terdapat pada botol), dan juga kemasan sekunder (yang terdapat pada leaflet
atau brosur). Perhatikan apakah nomor indentitas tersebut bisa terlihat dan
terbaca dengan jelas. Perhatikan pula apakah kedua identitas pada botol dan
leaflet sama ataukah berbeda. Jika berbeda, kita patut curiga kalau vaksin
tersebut palsu.
3. Warna larutan vaksin palsu tidak
bening
Jika vaksin asli berwarna bening dan bebas dari kotoran alias
steril, tak demikian dengan vaksin palsu. Vaksin palsu warnanya tak sebening
vaksin asli, tetapi agak keruh. Jadi perhatikan dengan jelas warna larutan
vaksin tersebut untuk mengetahui keasliannya.
Mengetahui cara membedakan vaksin palsu dan asli seharusnya
tak hanya menjadi perhatian bagi para orangtua, melainkan juga bagi para tenaga
medis, baik di rumah sakit, di puskesmas, maupun di klinik pengobatan.
Sumber gambar: pixabay.com
Sumber referensi tulisan: javatalk.info
Post a Comment
Post a Comment